Perjalanan Spiritual Mencari Tuhan di Balik Jeruji Besi Lapas Gorontalo, Kisah Kartono Terpidana Seumur Hidup

Gorontalo, Di balik dinding kokoh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo, tersimpan kisah inspiratif tentang perubahan dan pengabdian. Kartono, seorang warga binaan yang menjalani vonis seumur hidup, kini dikenal sebagai imam dan pengajar Al-Qur’an di kalangan sesama warga binaan.

Sudah enam tahun Kartono menjalani masa pidana. Waktu yang tak singkat itu ia manfaatkan bukan dengan keluh kesah, tetapi dengan taubat dan pembenahan diri. Perlahan namun pasti, Kartono mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan pembinaan keagamaan. Dari seorang yang awalnya hanya belajar, kini ia menjadi pembimbing Al_Qur’an yang disegani.

Setiap harinya Kartono membimbing warga binaan lainnya dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an. Sosoknya dikenal tenang, bersahaja, dan penuh semangat dalam mengajak sesama untuk memperbaiki diri.
“Saya sadar, tidak bisa mengulang masa lalu. Tapi saya bisa mengisi hari ini dengan hal yang lebih baik. Mengajar Al-Qur’an adalah jalan saya untuk menebus kesalahan,” ujar Kartono saat ditemui usai di Masjid At-Taubah, masjid yang berada di dalam lingkungan lapas.

Kepercayaan yang ia bangun bukan hanya datang dari sesama warga binaan. Petugas pembinaan di Lapas pun memberikan ruang dan dukungan agar Kartono bisa terus berkontribusi secara positif.

Kasdin Lato, Kasibinadik sekaligus Pembina Masjid At Taubah di Lapas Gorontalo, turut mengapresiasi perjalanan spiritual Kartono.
“Kami menyaksikan sendiri perubahan beliau. Bukan hanya beribadah, tapi aktif membina yang lain. Semangatnya menular, dan ini sejalan dengan tujuan pembinaan yang ingin kami capai di dalam lapas,” ujar Kasdin.

Sementara itu, Kalapas Kelas IIA Gorontalo, Sulistyo Wibowo, menyampaikan bahwa kisah Kartono adalah contoh nyata dari bagaimana pembinaan bisa menjadi jalan perubahan.
“Di sini, setiap warga binaan diberi kesempatan untuk berubah. Dan ketika mereka mengambil kesempatan itu dengan sungguh-sungguh, hasilnya bisa luar biasa. Kartono adalah salah satu buktinya,” ungkap Kalapas.

Meski menjalani hukuman seumur hidup, Kartono tidak kehilangan harapan. Ia tetap memanjatkan doa dan menunjukkan perubahan nyata dalam perilaku serta pengabdian. Dengan segala yang telah dilakukan selama masa pembinaan, ia menyimpan harapan besar untuk memperoleh grasi dari pemerintah sebagai bentuk penghargaan atas upaya perbaikannya.
“Saya serahkan semuanya kepada Allah. Tugas saya adalah berubah dan terus berbuat baik. Jika kelak diberi kesempatan, saya ingin mengabdi lebih luas di masyarakat,” ucap Kartono dengan mata berkaca-kaca.

Harapan itu bukan sekadar angan. Dengan rekam jejak positif yang ia tunjukkan, baik dalam kegiatan keagamaan maupun dalam kehidupan sosial di dalam lapas, pihak lapas pun tidak menutup kemungkinan untuk mendukung pengajuan grasi tersebut sesuai dengan prosedur dan penilaian yang berlaku.

Kisah Kartono menjadi pengingat bahwa harapan bisa tumbuh di tempat yang tak disangka. Bahwa bahkan di balik tembok penjara, ada cahaya yang menyinari jalan menuju perubahan, dan bahwa kehidupan yang bermakna masih bisa dijalani — meski dalam keterbatasan.

#kemenimipas_bersinar
#ditjenpas_kanwilgorontalo
#lapasgorontaloIKHLAS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *