Methode Yasharna : Inovasi Unggulan Bagi Warga Binaan Berkebutuhan Khusus di Lapas Gorontalo

Gorontalo_INFO PAS_Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo terus berupaya mengakomodasi kebutuhan belajar agama seluruh warga binaan, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, dalam hal ini memiliki keterbatasan dalam menerima pembelajaran dengan cepat. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah melalui penerapan metode Yasharna, yang kini menjadi Program Unggulan dalam Pendidikan Al-Qur’an bagi Warga Binaan yang Berkebutuhan Khusus.
Methode pembelajaran Al-Qur’an ini dapat diikuti oleh semua kalangan dan lebih khusus difokuskan kepada warga binaan yang mengalami hambatan kognitif ringan atau memiliki daya tangkap yang lebih lambat dari rata-rata. Dalam lingkungan terbatas seperti lapas, tidak semua warga binaan dapat mengikuti proses belajar Al-Qur’an secara umum, sehingga pendekatan khusus menjadi sangat penting.

Yunus Naway,S.Ag.,MH.I adalah pengajar senior sekaligus Ketua IPARI (Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia) Kantor Kemenag Kota Gorontalo yang setiap harinya berperan dan menjadi Inovator Methode Yasharna bagi Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo, beliaulah yang menjadi sosok di balik implementasi metode Yasharna . Ia telah dengan sabar dan konsisten membimbing kelompok warga binaan yang berkebutuhan khusus agar mampu mengenal huruf hijaiyah, harakat, dan bacaan dasar Al-Qur’an.
Kasdin Lato selaku Kasi Binadik Lapas Gorontalo mengungkapkan bahwa Methode Yasharna telah menjawab salah satu kesulitan yang dihadapi Pihak Lapas Ketika melakukan Proses Pembinaan Cara Baca Al-Qur’an bagi Warga Binaan yang berkebutuhan Khusus dalam penyerapan bahan ajar, biasanya ini terjadi pada Warga Binaan yang usia lanjut, ataupun mereka yang memiliki daya tangkap sangat lemah.
“Methode Yasharna sangat dan sangat membantu kami dalam proses pembelajaran baca Al-Qur’an bagi mereka warga binaan yang berkebutuhan Khusus, baik mereka yang lanjut usia, daya ingat lemah, atau mereka yang masa pemidanaannya singkat”, demikian ujar Kasdin.
Kalapas Gorontalo, Sulistyo Wibowo menanggapi hal ini adalah bagian Proses Pembinaan bagi Narapidana dan Tahanan dan tentunya sangat bermanfaat, lebih lanjut Sulistyo menyampaikan Apresiasinya dan terima kasih tak terhingga atas Inovasi Yasharna yang kemudian diimplementasikan bagi warga binaan yang berkebutuhan khusus. Terimakasih buat Pak Yunus Nawai sebagai Inovator dan terimakasih pula kepada Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Gorontalo atas kerjasamanya dalam Pembinaan Narapidana dan Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Gorontalo, ujar Sulistyo.
“Yasharna sangat membantu karena memang dirancang untuk pemula. Tapi lebih dari itu, metode ini membuat para warga binaan Lapas Gorontalo yang awalnya minder untuk ikut belajar membaca Al-Qur’an menjadi punya kepercayaan diri dan semangat yang tinggi untuk belajar ,” ujar Yunus dengan penuh empati.

Dalam pelaksanaannya, metode Yasharna mampu mengentas baca Al-Qur’an bagi warga binaan dengan progres yang berbeda-beda tergantung tingkat pemahaman awal. Warga binaan yang belum mengenal huruf sama sekali biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 hari atau 10 Jam Pembelajaran untuk bisa mulai membaca huruf hijaiyah. Sementara itu, bagi mereka yang sudah mengenal huruf dasar, proses tersebut bisa ditempuh hanya dalam waktu 5 hari atau 5 Jam Pembelajaran. Ini menunjukkan fleksibilitas dan kekuatan pendekatan Yasharna dalam menjangkau semua kalangan.

Program ini terbukti memberi dampak positif. Beberapa warga binaan yang sebelumnya kesulitan mengenali huruf, kini sudah mulai lancar membaca potongan ayat pendek. Progres tersebut tak hanya menjadi bukti efektivitas metode, tetapi juga menghadirkan rasa percaya diri dan semangat baru dalam proses pembelajaran.

“Metode ini sangat menyentuh hati karena menyesuaikan ritme belajar warga binaan, tanpa tekanan, tanpa terburu-buru,” ujar yunus.

Di balik dinding-dinding tinggi Lapas Gorontalo, metode Yasharna hadir sebagai cahaya kecil yang menuntun langkah-langkah yang perlahan, namun pasti. Bagi warga binaan berkebutuhan khusus, ini bukan sekadar metode belajar, ini adalah jendela harapan, tempat mereka kembali percaya bahwa mereka juga bisa memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Dan bagi para pengajar seperti Yunus Naway, setiap huruf yang terbaca dengan benar, setiap senyum percaya diri yang terbit, adalah hadiah terbesar dari sebuah pengabdian.

#Kemenimipas
#Ditjenpas
#LapasGorontaloIKHLAS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *