Wonreli, INFO_PAS – Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas III Wonreli menunjukkan inovasi dengan mengolah kayu arang menjadi ikat pinggang yang memiliki nilai jual. Program ini merupakan bagian dari upaya pembinaan keterampilan yang dirancang untuk membekali WBP dengan kemampuan produktif setelah menyelesaikan masa pidana, Kamis (24/10).
Pemanfaatan kayu arang, yang sebelumnya kurang dimanfaatkan, menjadi fokus utama dalam kegiatan ini. Dengan ketekunan para WBP berhasil menciptakan produk kerajinan yang unik dan bernilai ekonomi dari bahan sederhana.
“Inisiatif ini sangat positif karena memberikan kesempatan bagi WBP untuk mengembangkan keterampilan dan kreativitas. Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka setelah keluar dari Lapas,” kata Indra Gunawan, Kepala Lapas Kelas III Wonreli.
Proses produksi ikat pinggang melibatkan pemilihan kayu arang yang sesuai, diikuti dengan pemotongan dan pembentukan menjadi elemen-elemen kecil. Selanjutnya, elemen-elemen tersebut dihaluskan dan dirakit menjadi sebuah ikat pinggang yang kuat dan menarik.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Maluku, Ricky Dwi Biantoro, mengapresiasi inisiatif ini. “Kami sangat mendukung program-program pembinaan yang kreatif dan inovatif seperti ini. Ini adalah wujud nyata dari upaya Lapas untuk memberikan bekal keterampilan yang relevan bagi WBP, sehingga mereka dapat kembali ke masyarakat dengan lebih percaya diri dan produktif,” ujarnya.
Pemasaran ikat pinggang hasil karya WBP masih dilakukan secara ofline dengan menawarkan langsung kepada para pengunjung dan Masyarakat sekitar.
Diharapkan, keterampilan yang diperoleh melalui program ini dapat menjadi modal berharga bagi WBP untuk memulai usaha mandiri setelah bebas. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi contoh inspiratif tentang bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada dapat menghasilkan produk bernilai ekonomi.
Kontributor : Humas Lapas Wonreli






